Kamis, 23 April 2015
Lima Kiat menggapai ketenangan jiwa
Dalam hidup ini, manusia sering
menghadapi masalah berat. Akibatnya timbul kecemasan, ketakutan, dan
ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia yang akhirnya kalap bahkan sampai
bunuh diri.
Oleh karena
itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan, al-Qur’an menyebutkan
beberapa kiat praktis untuk memperolehnya.
1.
ZIKRULLAH
Zikir kepada Allah swt.,
merupakan kiat menggapai ketenangan jiwa. Ketika kita berapa dalam ketakutan
berzikirlah dalam bentuk ta’awudz (mohon perlindungan Allah swt.), ketika
berdosa lalu istigfar, saat mendapatkan kenikmatan menyebut hamdalah, begitulah
seterusnya. Allah swt., berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (ar-Ra’d: 28)
2.
YAKIN AKAN PERTOLONGAN
ALLAH
Sesulit apapun keadaan seorang
muslim, harus yakin adanya pertolongan Allah swt., yang membuatnya akan tenang.
Allah swt berfirman,
“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu
melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu
karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Ali Imran: 126, lihat juga al-Anfaal: 10)
Namun
pertolongan itu sering kali bila seseorang telah mencapai puncak kesulitan.
Allah swt berfirman,
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (al-Baqarah:
214)
3.
MEMPERHATIKAN BUKTI
KEKUASAAN ALLAH
Kecemasan dan ketidaktenangan
jiwa adalah karena manusia sering kali merasa yakin dengan kemampuan dirinya,
bila merasakan kelemahan menjadi takut dan tidak tenang. Oleh karena itu,
dengan memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah swt., hatinya menjadi tentram.
Allah swt., berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati."
Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku
telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah
berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[1]
semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu
bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya
mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (al-Baqarah: 260)
4.
BERSYUKUR
Allah swt., begitu banyak
memberikan kenikmatan yang harus disyukuri, bila tidak Allah akan memberikan
azab yang membuat kita tidak tenang. Allah berfirman,
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya
melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari
nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian[2]
kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (an-Nahl:
112)
5.
TILAWAH, TASMI’, DAN
TADABBUR AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab yang berisi sebaik-baiknya perkataan,
karena nya membaca (tilawah), mendengar bacaan (tasmi’) dan
mengkaji (tadabbur) ayat-ayat suci Al-Qur’an membuat hati menjadi tenang, Allah
swt., berfirman,
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang[3],
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk
Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.”
(az-Zumar: 23)
Dengan jiwa
yang tenang, seseorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik.
Oleh karena itu, Allah swt., memanggil jiwanya yang tenang untuk masuk
surga-Nya. Allah berfirman,
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (al-Fajr: 27-30)
[1]
Pendapat diatas adalah menurut At-Thabari dan Ibnu Katsir, sedang menurut
Abu Muslim Al Ashfahani pengertian ayat diatas bahwa Allah memberi penjelasan
kepada Nabi Ibrahim a.s. tentang cara Dia menghidupkan orang-orang yang mati.
Disuruh-Nya Nabi Ibrahim a.s. mengambil empat ekor burung lalu memeliharanya
dan menjinakkannya hingga burung itu dapat datang seketika, bilamana dipanggil.
Kemudian, burung-burung yang sudah pandai itu, diletakkan di atas tiap-tiap
bukit seekor, lalu burung-burung itu dipanggil dengan satu tepukan/seruan,
niscaya burung-burung itu akan datang dengan segera, walaupun tempatnya
terpisah-pisah dan berjauhan. Maka demikian pula Allah menghidupkan orang-orang
yang mati yang tersebar di mana-mana, dengan satu kalimat cipta hiduplah kamu
semua pastilah mereka itu hidup kembali. Jadi menurut Abu Muslim sighat amr
(bentuk kata perintah) dalam ayat ini, pengertiannya khabar (bentuk berita)
sebagai cara penjelasan. Pendapat beliau ini dianut pula oleh Ar Razy dan
Rasyid Ridha.
[2]
Maksudnya: kelaparan dan ketakutan itu meliputi mereka seperti halnya
pakaian meliputi tubuh mereka.
[3]
Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah
itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan
lebih meresap. Sebahagian ahli Tafsir mengatakan bahwa maksudnya itu ialah
bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam
mukaddimah surat Al Faatihah.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar