"Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain"

Sampaikan kebaikan walau satu ayat

Sampaikan kebaikan walau satu ayat

Rabu, 22 April 2015

Enam Faktor Perusak Ukhuwah Islamiyah

Tidak ada komentar :
Oleh: Muhamad Rifa'i

Pada Masyarakat islam, ukhuwah islamiyah merupakan sesuatu yang sangat penting dan mendasar, karena hal ini salah satu dari keimanan yang sejati. Allah swt., berfirman,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (yang berselisih) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurat: 10)
            Ketika ukhuwah islamiyah hendak diperkokoh, setiap kali ada berita buruk yang datang, harus dilakukan tabayyun atau diteliti terlebih dahulu kebenaran berita itu. Allah swt., berfirman,


“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (al-Hujurat: 6)

            Surah al-Hujurat: 6 di atas menggunakan kata naba’ bukan khabar, M Quraish shihab dalam bukunya secerah cahaya illahi, hlm. 262 membedakan makna dua kata itu, kata naba’ menunjukan ‘berita penting’, sedangkan khabar menunjukan ‘berita secara umum’. Al-Qur’an memberi petunjuk bahwa berita yang perlu diperhatikan dan diselidiki adalah berita yang sifatnya penting. Adapun isu-isu ringan, omong kosong dan berita yang tidak bermanfaat tidak perlu diselidiki, bahkan tidak perlu didengarkan karena hanya akan menyita waktu dan energi.

            Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, ada beberapa hal yang harus dihindari agar ukhuwah islamiyah terpelihara. Allah swt., berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[2] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurat: 11-12)

            Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus dihindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara, yaitu sebagai berikut.
1.      Memperolok-olok, baik antaraindividu maupun antarkelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan.
2.      Mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan.
3.      Memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai.
4.      Berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenikmatan atau keberhasilan.
5.      Mencari-cari kesalahan orang lain.
6.      Bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu ia tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia seseorang.



[1] Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[2] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar