Rabu, 22 April 2015
Enam Orang Yang Tidak Mendapat Petunjuk
Oleh: Muhamad Rifa'i
Petunjuk Allah swt. Merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Ini membuatnya bisa membedakan mana
yang haq dan bathil. Namun tidak semua manusia antusias atau mau menerima
petunjuk itu. Oleh karena itu, Allah
swt. tidak mau memberikan petunjuk kepada mereka.
Al-Qur’an
menyebutkan orang-orang yang tidak diberikan petunjukan oleh Allah swt.
1.
Orang Yang Zalim
Orang zalim adalah orang yang melakukan tindakan berlebihan
sehingga melanggar ketentuan Allah swt.,
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang[1]
yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan
kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan:
"Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata:
"Saya dapat menghidupkan dan mematikan."[2]
Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (al-Baqarah: 258,
lihat pula Ali Imran: 86, al-Ma’idah: 51, al-An’aam: 144, at-Taubat: 19 dan
109, al-Qashshash: 50, al-Ahqaaf: 10, ash-shaff: 7, al-Jum’ah: 5)
2.
Orang Kafir
Kafir adalah yang mengingkari
ketentuan Allah swt. sehingga bila sudah demikian sulit baginya untuk
mendapatkan petunjuk. Allah swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[3].
(al-Baqarah: 264, lihat pula al-Maa’idah: 67, at-Taubah: 37, an-Nahl: 107)
3.
Orang Yang Fasik
Fasik adalah keluar dari jalan
yang benar, ini berarti dia tahu tentang kebenaran, tetapi dia melanggar
kebenaran itu. Allah swt. berfirman,
“Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi)
mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk
menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris)
sesudah mereka bersumpah[4].
Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (al-Maa’idah: 108, lihat
pula at-Taubah: 24 dan 80, ash-shaff: 5, al-Munaafiqun: 6)
4.
Orang Yang Sesat
Orang yang sesat sebenarnya tahu
petunjuk Allah swt. namun tidak mau menerimanya sehingga berada dalam
kesesatan. Allah swt. berfirman,
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat
petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang
disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.” (an-Nahl:
37)
5.
Orang Yang Berdusta
Kebenaran Islam harus diyakini
dan diterima, bila didustakan, seseorang tidak akan mendapat petunjuk Allah
swt. sebagaimana firman-Nya,
“Ingatlah! hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih
(dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan
di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (az-Zumar: 3)
6.
Melampaui Batas
Melampaui batas adalah melanggar
batas-batas yang ditentukan Allah swt. baik dalam bentuk sikap, perkataan
maupun perbuatan. Allah swt. berfirman,
“Dan seorang laki-laki yang beriman di antara
pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah
Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan
dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa)
dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang
diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (al-Mu’min: 28)
[1]
Yaitu Namrudz dari Babilonia.
[2]
Maksudnya raja Namrudz dengan menghidupkan ialah membiarkan hidup, dan
yang dimaksudnya dengan mematikan ialah membunuh. Perkataan itu untuk
mengejek Nabi Ibrahim a.s.
[3]
Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak
pula mendapat pahala di akhirat.
[4]
Maksud sumpah itu dikembalikan, ialah saksi-saksi yang berlainan agama itu
ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti
orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat balasan di dunia dan akhirat,
karena melakukan sumpah palsu.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar