Rabu, 18 Februari 2015
Isra’ Mi’raj dan Sains Modern
Sesusai menunaikan
tugas suci Illahiyah, isra’ mi’raj (27 Rajab) lebih dari 14 abad silam,
Rasulullah SAW. Bertutur tentang pengalamannya. Hal itu disampaikan kepada
keluarga dekat, sahabat dan masyarakat (Quraisy). Namun banyak yang tidak
percaya, bahkan mengolok-olok hal itu sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Beberapa
orang yang tadinya mengimani nabi Muhammad SAW. Menjadi ingkar kembali. Hanya Abu
Bakar bin Abu Guhafah yang selalu mengatakan, “sadakta Ya Rasulullah, sadakta
Ya Rasulullah!” untuk itu kemudian menggelarinya sebagai Abu Bakar Ash-Shiddiq
(yang selalu membenarkan).
Untuk ukuran
tradisi masyarakat arab kala itu peristiwa yang dialami Nabi SAW. Memang untuk
sementara tidak mudah diterima dengan logika. Analog dengan cerita angan-angan
seorang cucu kepada kakeknya yang hidup seabad lewat misalnya. Sang cucu
mengatakan, “kek, nanti bakal ada kendaraan ke Surabaya dari Batavia (sekarang
jakarta) ini cukup waktu satu jam saja.” Mungkin sang kakek berkata dalam hati
bahwa sang cucu sudah edan. “mana mungkin Batavia-Surabaya bisa ditempuh dalam
waktu sesingkat itu,” katanya pada si cucu waktu silam itu.
Tapi perubahan
waktu dan pergeseran masa telah mengubah cara pikir manusia ketika Wilbur &
Orvile Wright menemukan pesawat terbang (1903) . akhirnya Batavia-Surabaya
tidak lagi harus dilalui berhari-hari dengan kereta andong ataupun lokomotif
uap. Bahkan ketika mesin jet ditemukan oleh Frank Whittle (1930) jarak tempuh
kian menjadi lebih dekat. Dan Concorde Supersonic adalah satu bukti produk
piawai tangan manusia paling modern, karena kendaraan itu kecepatannya melebihi
kecepatan suara. Mimpi cucu yang diedankan di masa kakekpun jadi kenyataan.
Itu tadi
adalah ilustrasi bahwa tradisi pikir manusia mempunyai batas waktu dan ruang. Sedang
kejadian supranormal yang dialami rasulullah SAW. Memiliki dimensi lain dari
sekedar dipahami secrara logika. Bagi orang seperti Abu Bakar r.a yang
dikarunia hikmah Nabi SAW. Tanpa ragu dapat mengerti apa yang dialami Nabi SAW.
Dengan imannya yang tinggi. Ia telah mengalami peristiwa yang dialami oleh si
jujur “al-Amin” itu secara intuitif, bukan dengan rasio yang serba terbatas. Buat
sementara sahabat lain apalagi masyarakat jahiliah yang belum mendapatkannya
akan menanggapi pengalaman empirik nabi SAW sebagai khayalan belaka.
Nabi telah
wafat namun peninggalannya berupa al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan pusakan
(untuk dipahami hikmah-hikmah yang terkandung) bagi manusia sepanjang masa. Secara
transparanpun kini Mi’raj Nabi bersama malaikat Jibril as (yang kendaraannya
sering diilustrasikan oleh umat sebagai hewan bersayap dengan nama buraq) sudah
terkuak, dan buktikan secara eksakta.
Ir. H.
Abdurrahman Mustazir, alumni ITB Bandung misalnya dapat menghitung kecepatan Mi’raj
Nabi bersama malaikat Jibril yang punya kecepatan sehari sama dengan 50 ribu
tahun manusia bumi (al-Ma’aarij:4). Itu artinya sama dengan 1.750 kali
kecepatan cahaya. Sesampainya di Sidhratul Muntaha, Jibril tidak sanggup
mendampingi Nabi. Sebab ada faktor tidak terhingga yang hanya ditempuh Nabi SAW
sendiri dengan wasilah (se-izin Allah) – Muhammad SAW dapat menghadapnya.
Pada masa
Nabi SAW, buraq (kendaraan yang ditumpangi Rasulullah SAW) mungkin secara
harfilah hanya dipahami sebagai kilat untuk mendeskripsikan kecepatan. Padahal sesungguhnya
bila dicermati melalui sains dan teknologi modern, buraq itu bisa dianalogikan
sebagai tabung yang dapat menampung jasad materi. Nah dengan tabung itu (seperti
pernah dikhayalkan dalam film Startek) jasad yang masuk di dalamnya tidak
hancur berkeping-keping karena kecepatan yang luar biasa.
Karena itu
hadis tentang pembelahan dada Nabi SAW, oleh malaikat Jibril as menjelang
berangkat, barang kali perlu di interprestasikan sebagai adaptasi jasad materi
dengan tabung yang akan menerbangkannya. Materi yang terdiri dari molekul bisa
dipecah menjadi atom, dan atom bisa dipecah menjadi proton, sedangkan proton
bisa dipecah menjadi foton, adapun yang terakhir ini dapat dipecah lagi
sehingga tentunya dapat adaptasi dengan tabung/kendaraan yang membawa Nabi
Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj yang membawa hikmah lur biasa sepanjang
masa sebagai mukjizat nabi Muhammad SAW yang paling agung.
Sumber: Baharun, Mohammad. 2012. Islam Idealis Islam
Realis. Jakarta: Gema Insani Hlm 122-124
Pendapat penulis, mengenai
perubahan-perubahan Nabi Muhammad SAW dari bentuk molekul menjadi bentuk yang
paling kecil dalam pembelahan molekulnya, itu hanyalah pendapat, bukan berarti
kenyataan, karena Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang luar biasa yang dialami
Nabi Muhammad SAW yang merupakan bantuan Allah SAW, jadi Allah yang memberikan
kehendak sehingga dengan kecepatan yang luar biasa Nabi Muhammad SAW tidak
hancur. Itu karena kuasa Allah bukan karena Rasulullah SAW diubah menjadi
partikel terkecil kemudian dirubah lagi ke wujud aslinya ketika sampai ke
sidhratul muntaha.
untuk Download File klik
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar