Selasa, 17 Februari 2015
Definisi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi organisasi sebagai
salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu menjadi fenomena yang
senantiasa aktual untuk didiskusikan, sejalan dengan semakin banyaknya
tantangan dan persoalan organisasi itu sendiri. Globalisasi yang sedang meranda
seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah mengharuskan setiap manusia
(termasuk lembaga/organisasi) lebih mempersiapkan diri, agar tidak tereliminasi
oleh kompetisi global yang maha ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban
dunia yang begitu cepat ‘mengharuskan’ setiap organisasi lebih jeli memilih
paradigma yang tepat dalam merespons perkembangan yang ada.
Secara
teoritis, kita mengenal beragam tindak komunikasi berdasarkan pada konteks di
mana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
Komunikasi
organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari, karena sekarang ini
banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepada guna mengetahui prinsip
dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan
organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industri
ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun
institisi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajari arus komunikasi
yang berlangsung dalam suatu organisasi, yaitu arus komunikasi vertikal yang
terdiri dari arus komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan
arus komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) serta arus komunikasi
yang berlangsung antara bagian ataupun kariyawan. Dalam jenjang atau tingkatan
yang sama. Arus komunikasi ini dikenal dengan nama komunikasi horizontal.
Sebelum
kita membahas tentang pengertian komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan
terminologi yang melekat dalam konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi
dan oranisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin ‘communis’ atau ‘common’
dalam bahasa inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang
berusaha untuk mencapai kesamaan makna, ‘commoness’. Atau dengan ungkapan yang
lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap
kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita
sering kali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh
karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana
tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika
diinterprestasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian
pengertian komunikasi yang diberikan oleh kathleen K. Reardon dalam buku
Interpersonal Communication, Where Minds Meet (1987).
Stewart L.
Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication, menguraikan ada tiga
model dalam komunikasi. Pertama, model komunikasi linear, yaitu pandangan
komunikasi satu arah. Dalam model ini, komunikator memberikan suatu stimulus
dan komunikan melakukan respons atau tanggapan yang diharapkan, tanpa
mengadakan seleksi dan interprestasi. Contoh dalam komunikasi linear ini adalah
teori jarum suntik, jika saya mempersuasi Anda, maka saya menyuntukan satu
dosis persuasi kepada Anda, sehingga Anda akan lekas sembuh dan melakukan apa
yang diinginkan, demikian pandnangan dari teori jarum suntik tersebut.
Model
komunikasi yang kedua adalah interaksional yang melakukan kelanjutan dari
pendekatan linier. Pada model komunikasi interaksional, diperkenalkan tentang
gagasan umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (recever) melakukan
seleksi, interprestasi dan memberikan respons terhadap pengirim (sender). Komunikas
dalam model ini, dipertimbangkan sebagai proses dua arah ataupun cyclical
process, dimana setiap partisipan memiliki pesan ganda, dalam arti pada satu
saat bertindak sebagai sender, namun pada waktu yang lain berlaku sebagai
recever, penerima pesan.
Model yang
ketiga adalah transaksional. Dalam pandangan transaksional, komunikasi hanya
dapat dipahami dalam konteks hubungan diantara dua orang atau lebih. Pandangan
ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satupun yang
dapat dikomunikasikan.
Mengenai
organisasi salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan satu
kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hierarki jenjang dan
pembagian kerja, supaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Beberapa
pakar memberi batasan tentang komunikasi organisasi, sebagaimana dirangkum oleh
Dr. Arni Muhammad (2004: 65-67) sebagai berikut:
Redding dan
Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
informasi dalam organisasi yang konfleks, Katz dan Kahn mengatakan bahwa
komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan
pemindahan arti dalam suatu organisasi. Zelko dan Dance mendefinisikan
komunikasi organisasi dengan suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Sedangkan Thayer menggunakan
pendekatan sistem secara umum dalam memandang komunikasi organisasi.
Menurutnya, komunikasi organisasi merupakan arus data yang melayani komunikasi
organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Thayer menyebutkan
minimal ada tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu, pertama, berkenaan
dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroprasinya
organisasi. Kedua, berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah,
aturan dan petunjuk; ketiga, berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan
organisasi seperti hubungan dengan personal dan masyarakat dan pihak eksternal
lainnya.
R. Wayne
Pace dan Don F. Faules (2001: 31-33) mengemukakan definisi komunikasi organisasi dari dua perspektif berbeda, pertama,
perspektif tradisional (fungsional dan objektif), mendefinisikan definisi
organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diatara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua,
perspektif interpretif (subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai
penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Atau dengan kata
lain bahwa komunikasi organisasi menurut perspektif ini adalah “perilaku
pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
itu berinteraksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Dari batasan
tersebut dapat digambarkan, bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan adanya
suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan suatu individu dalam
organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas, seperti
pimpinan, staf pimpinan dan kariyawan. Disamping itu, dalam organisasi juga
mensyaratkan adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi
baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab.
Referensi: Syaiful Rohim, 2009. Teori Komunikasi:
perspeftif ragam dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Hlm 108-111
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar